Kecamatan Bulukerto

On Progress.

Kecamatan Puhpelem

On Progress.

Kecamatan Slogohimo

On Progress.

Sabtu, 13 Juli 2013

Tambang Batu Kapur Desa Puhpelem, Kec.puhpelem

Sejenak menginjakkan kaki di Desa Puhpelem kecamatan Puhpelem, tak terasa kami sudah berada di hamparan tanah kapur. Berdasarkan kondisi ini kami kemudian menduga bahwa mungkin ada tambang batu kapur untuk kemudian diolah menjadi gamping. Untuk memastikan hal tersebut kami kemudian bertanya pada perangkat di Kecamatan Puhpelem dan beliau memang membenarkan adanya tambang batu gamping di Desa ini. Setelah berbincang cukup lama  kami langsung menuju ke daerah tambang tersebut dan berbincang-bincang dengan beberapa penambang batu gamping kami mendapatkan keterangan bahwa tambang tersebut merupakan kepemilikan pribadi seorang pemilik tanah. mereka bekerja sama dengan pabrik pengolah atau malah memiliki pengolahan batu gamping yang juga berada di areal tersebut. Gamping ini biasa dijual ke daerah Jawa Timur antaranya Kabupaten Ponorogo dan Magetan.

Areal tambang

Batuan kapur
 dari batu kapur tersebut kemudian dilakukan pembakaran dengan tungku tertutup. bahan bakar yang digunakan adalah kulit kacang mete dari daerah sekitar. hal ini dilakukan terus-menerus sepanjang hari

Proses Pembakaran kapur menjadi gamping
Setelah dibakar kemudian dihasilkan gamping dengan warna putih dan berbentuk serbuk untuk kemudian siap dikemas dalam karung.
Gamping yang siap dipasarkan




Sumber: Dokumentasi dan Survey 2013

Sekilas tentang Bulukerto,Puhpelem,Slogohimo

Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah 182.236,02 Hektar atau 5.59% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah, dan secarqa geogarafis terletak antara 7032’ dan 8015’ Lintang Selatan (LS) dan 110041’ dan 111018’ Bujur Timur (BT), Secara adminitarasi, Kabupaten Wonogiri terbagi dalam 25 kecamatan, 251 desa dan 43 kelurahan serta 2.306 dusun.

Sementara itu Kecamatan Bulukerto, Kecamatan Puhpelem dan Kecamatan Slogohimo merupakan 3 dari 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri dan terletak di bagian timur laut Kabupaten Wonogiri dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Ketiga kecamatan ini berjarak kurang lebih 40 km dan dapat ditempuh dalam waktu 1 hingga 2 jam dari pusat Kota Wonogiri. Berikut adalah peta administrasi dari ketiga kecamatan tersebut:


Kecamatan Bulukerto memiliki luas wilayah 4.674,87 ha atau sekitar 3% dari keleseluruhan luas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan wilayah administrasi 1 Kelurahan, 9 Desa, 72 RW, 242 RT. Kecamatan Bulukerto memiliki jarak 53 km sebelah timur pusat Kota Wonogiri dan berada pada ketinggian ketinggian 235 mdpl. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur.

Selanjutnya Kecamatan Puhpelem,  yang memiliki luas 3.161 ha atau sekitar 2% dari keleseluruhan luas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan cakupan wilayah administrasi 1 kelurahan, 5 desa, 38 RW dan 137 RT. Kecamatan ini memiliki ketinggian 500 mdpl. Kecamatan Puhpelem merupakan kecamatan termuda di Kabupaten Wonogiri yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Bulukerto dan merupakan kecamatan yang terletak paling timur Kabupaten Wonogiri sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan warganya malah bergantung pada perekonomian di Provinsi Jawa Timur.
Ketiga adalah Kecamatan Slogohimo, memiliki luas 6.415 ha atau sekitar 4% dari keleseluruhan luas wilayah Kabupaten Wonogiri dan terdiri atas 15 kelurahan dan 2 desa. Kecamatan ini termasuk satu diantara beberapa kecamatan yang terletak di kaki Gunung Lawu, namun hal ini pun tidak menjamin akan kesuburan tanah di Kecamatan Slogohimo. Tanahnya hanya bisa digunakan saat musim hujan sehingga pada musim kemarau masyarakat setempat banyak yang merantau keluar daerah dan kembali lagi pada saat musim hujan tiba. Ketidaksuburan tanah ini juga disebabkan oleh kondisi alamnya yang terdiri dari perbukitan karst yang tidak subur, sehingga membuat masyarakat tidak dapat bercocok tanam jika tidak mendapatkan pasokan air yang cukup.

Perkembangan & Kontribusi Ekonomi


Dalam perkembangan suatu wilayah, perekonomian merupakan salah satu faktor yang menjadi ukuran tingkat kesejahteraan masyarakatnya.  Indikatornya adalah PDRB sektoral. Sektor-sektor usaha mana yang tumbuh dan berkembang dengan baik, bisa menjadi ciri khas daerah tersebut yang nantinya menjadi sektor penggerak utama bagi kegiatan ekonomi.
Melalui data PDRB secara time series, dapat dilihat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu wilayah. Hal ini yang menjadi salah satu aspek analisis dalam perencanaan wilayah di Kecamatan Bulukerto, Puhpelem, dan Slogohimo.Dari data PDRB time series tersebut dapat juga dilihat perkembangan ekonomi tiga kecamatan tersebut dari tahun ke tahun serta kontribusinya terhadap Kabupaten Wonogiri.PDRB Kecamatan Bulukerto, Puhpelem, dan Slogohimo Atas Dasar Harga Konstan dari tahun 2006-2010:
 

 Berdasarkan grafik di atas, PDRB di tiap kecamatan mengalami kenaikan dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Seperti pada tahun 2006, PDRB Kecamatan Bulukerto mencapai 73.445,38 juta dan pada tahun 2010 meningkat sekitar 18,7% menjadi 87.209,88 juta. PDRB Kecamatan Pupelem tahun 2006 mencapai 58.695,86 juta dan pada tahun 2010 menjadi 68.023,86 juta atau meningkat sekitar 15,8% dalam waktu 5 tahun. Sedangkan Kecamatan Slogohimo mengalami kenaikan sekitar 19,3% dalam waktu 5 tahun.


Berdasarkan Diagram II.2, total dari tiga kecamatan tersebut memiliki kontribusi sebesar  9% dari PDRB Kabupaten Wonogiri secara keseluruhan. Kecamatan Bukukerto memiliki kontribusi sebesar 3%, Kecamatan Puhpelem 2%, serta Kecamatan Slogohimo berkontribusi sebesar 4%. Kecamatan dengan kontribusi tertinggi adalah Kecamatan Wonogiri yaitu sebesar 11,08 %. Disusul kecamatan Ngadirojo dengan 7,75 % dan kecamatan Pracimantoro sebesar 5,89%. Kecamatan dengan kontribusi terkecil adalah kecamatan Giritontro dengan total kontribusi 2,08%Kecamatan Bulukerto dan Slogohimo masih berada di kisaran rata-rata dengan kontribusi sebesar 2,98% dan 3,41%. Lalu kecamatan Puhpelem memiliki kontribusi  sebesar 2,28% dan merupakan kecamatan dengan peringkat 4 terbawah diatas Giritontro, Paranggupito, dan Batuwarno.